Selasa, 01 April 2014

KRISIS POLITIK UKRAINA

Inilah Kronologi Krisis Politik di Ukraina


Bentrokan yang kembali pecah di Kiev, Ukraina pada Kamis (20/2), membuyarkan kesepakatan gencatan senjata yang baru sehari dicetuskan Presiden Viktor Yanukovych. Setidaknya 25 orang tewas dalam bentrokan terbaru itu dan membuat negara pecahan Uni Soviet itu makin terperosok dalam konflik berdarah.

Tetapi bagaimanakah awal krisis politik itu terjadi? Berikut adalah urutan waktu pecahnya krisis politik di Ukraina, yang sudah menewaskan sekitar 60 orang itu:

November 2013

21 November - Pemerintah Ukraina menunda pembicaraan tentang Perjanjian Asosiasi dengan Uni Eropa, demi membangun hubungan ekonomi yang lebih erat dengan Rusia. Langkah itu memantik kemarahan kelompok oposisi yang pro-Eropa, yang kemudian berencana melakukan demonstrasi.

Desember 2013

1 Desember - Massa berjumlah hingga 500.000 berkumpul di Lapangan Merdeka, Kiev. Mereka membangun perkemahan dan barikade, memulai demonstrasi antipemerintah.

11 Desember - Pasukan keamanan berusaha mengusir demonstran, tetapi gagal.

17 Desember - Presiden Yanukovych berangkat ke Moskwa, Rusia, untuk menandatangi kesepakatan dana talangan sebesar 15 miliar dolar Amerika Serikat (sekitar Rp 177.18 trilun) dan mendapat potongan harga untuk membeli gas Rusia.

Januari 2014

19 Januari - Puluhan orang luka dalam bentrokan berdarah antara polisi dan demonstran di Kiev, setelah sekitar 200.000 demonstran melawan larangan untuk berdemonstrasi.

22 Januari - Demonstrasi terus berlangsung. Polisi menyerang barikade demonstran di pusat Kota Kiev. Para demonstran menyerang dengan lemparan batu dan bom molotov sementara polisi membalas dengan gas air mata dan peluru karet.

28 Januari - Perdana Menteri Mykola Azarov mengundurkan diri. Parlemen membatalkan undang-undang antidemonstrasi.

Februari 2014

2 Februari - Para pemimpin oposisi meminta mediasi internasional dan bantuan finansial dari Barat di hadapan lebih dari 60.000 demonstran di Kiev.

5-6 Februari - Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Catherine Ashton dan utusan khusus AS untuk Eropa, Victoria Nuland, mengunjungi Kiev.

7 Februari - Presiden Yanukovych bertemu dengan sekutunya Presiden Rusia, Vladimir Putin, di sela-sela acara pembukaan Olimpiade Musim Dingin di Sochi, Rusia.

9 Februari - Sekitar 70.000 demonstran berkumpul di Lapangan Merdeka.

14 Februari - Sebanyak 234 demonstran yang ditahan sejak Desember 2013 dibebaskan, tetapi dakwaan atas mereka tidak dicabut.

16 Februari - Para demonstran meninggalkan balai kota Kiev yang mereka duduki sejak 1 Desember. Puluhan ribu orang berkumpul di Lapangan Merdeka.

18-19 Februari - 28 orang, termasuk 10 polisi, tewas dalam bentrokan berdarah di Lapangan Merdeka. Demonstran kembali menduduki balai kota Kiev. Polisi antihuru-hara melancarkan serangan terhadap demonstran sepanjang malam.

19 Februari - Presiden Yanukovych mencopot kepala staf angkatan bersenjata Ukraina dan mengumumkan digelarnya "operasi anti-teroris" di negaranya sendiri. Negara-negara Barat mengecam aksi kekerasan di Ukraina dan mengancam akan menjatuhkan sanksi.

20 Februari - Demonstran menyerang polisi di Kiev, mengabaikan kesepakatan gencatan senjata yang dicetukan Yanukovych. Sekitar 25 orang tewas dalam peristiwa itu, demikian dikatakan konresponden AFP di berada di sekitar lokasi bentrokan. Kementerian Dalam Negeri Ukraina mengatakan dua orang polisi tewas ditembak dalam insiden itu.


Ketika Ukraina Harus Memilih Antara Rusia dan Uni Eropa

Krisis atas masa depan negara itu semakin intens ketika pengunjuk rasa yang mendukung hubungan yang lebih erat dengan Eropa mengusung barikade kembali ke Maidan Square, Kiev.

Opini di Ukraina telah terbagi dua antara: apakah negara itu harus menandatangani Perjanjian Asosiasi yang menawarkan hubungan perdagangan dan politik dengan Uni Eropa, atau bergerak lebih dekat ke Customs Union (Uni Kepabeanan) yang terdiri dari Rusia, Belarus dan Kazakhstan. Beberapa orang, seperti Roman Travin, seorang ilmuwan politik dari timur kota Kharkov, sudah menyebut keadaan ini sebagai “perang dingin sipil.”
Barikade kembali ke Independence Square di Kiev, yang dikenal sebagai Maidan Square, di mana sekitar 200 ribu orang berkumpul pada hari Minggu dalam sebuah unjuk rasa pro-Eropa untuk menuntut pengunduran diri Presiden Viktor Yanukovych. Senator AS John McCain, mantan calon presiden dari Partai Republik, mengatakan kepada mereka: “Kami di sini untuk mendukung tuntutan Anda yang sah, yaitu hak berdaulat Ukraina untuk menentukan nasib sendiri secara bebas dan mandiri. Dan takdir, yang Anda cari, terletak di Eropa.”
Para pendukung Yanukovych menggelar unjuk rasa tandingan tak jauh dari sana di Mariinsky Park, meskipun yang hadir jauh lebih sedikit. Para pembicara bersikeras bahwa mereka akan memenangkan pertempuran untuk masa depan negara itu.
Yevhan Magda, seorang analis politik di Kiev, berpendapat bahwa banyak dari para pengunjuk rasa antipemerintah “tidak menuntut integrasi Eropa, tetapi menentang pelanggaran hak-hak sipil mereka oleh pemerintah dan pasukan keamanan.”
Sebuah jajak pendapat pada tanggal 2 Desember oleh Gorshenin Institute menghasilkan gambaran serupa. Sebanyak 56 persen dari mereka yang disurvei berada di Maidan Square untuk menuntut pengunduran diri presiden dan pemerintah. Hanya 28 persen berada di sana khusus untuk mendukung Perjanjian Asosiasi dengan Uni Eropa.
“Penandatanganan Perjanjian Asosiasi bukanlah pilihan antara Eropa dan Rusia. Ini adalah masalah kelangsungan hidup negara”, Sergei Kaplin, seorang anggota parlemen dari partai Udar yang dipimpin oleh petinju juara dunia Vitali Klitschko mengatakan kepada RBTH. “Kami dibuat kewalahan oleh korupsi, negara kami memiliki banyak masalah. Saya melihat satu-satunya cara untuk menyelesaikannya adalah dengan menerapkan standar hukum dari negara-negara Eropa.”
Sebuah survei oleh lembaga riset Ukraina, Research & Branding Group, menemukan bahwa 49 persen responden mendukung protes Maidan sementara 45 persen menentangnya. Pendapat terbelah secara regional. Masyarakat di bagian barat dan tengah Ukraina sangat mendukung demonstrasi, dengan masing-masing 84 persen dan 66 persen, sedangkan penduduk di bagian timur dan selatan negara itu yang berbahasa Rusia, sama-sama keras menentang, sebesar 81 persen dan 60 persen.
Ukraina Timur adalah jantung pemilihan Yanukovych, tetapi penduduknya tidak turun ke jalan dalam jumlah besar untuk mendukung dia. Travin menjelaskan, “Yanukovych telah sangat mengecewakan para pemilihnya sendiri. Hubungan dengan Rusia buruk dan kualitas hidup telah merosot.”
Namun, pengunjuk rasa pro Uni Eropa tidak bisa mengabaikan rekan-rekan mereka di kawasan industrial di timur, paling tidak karena wilayah tersebut menyumbang banyak ke negara itu: Donetsk, wilayah kampung halaman Yanukovych, sendiri menyumbang seperempat dari seluruh pendapatan pemerintah. Kawasan timur mencemaskan industri beratnya akan runtuh jika pemerintah menandatangani Perjanjian Asosiasi, karena Rusia adalah pasar terbesar untuk produk-produknya dan telah mengatakan bahwa mereka akan menerapkan tarif perdagangan sebagai balasannya.
Gangguan hubungan ekonomi dengan Rusia akan mengakibatkan penutupan beberapa proyek penting, termasuk produksi bersama pesawat kargo baru, An-70, untuk angkatan udara Rusia. Politisi Rusia juga mengatakan Moskow tidak akan memulai proyek-proyek baru karena alasan keamanan.
“Kami tidak akan menempatkan atau menggunakan teknologi sensitif apa pun di wilayah itu. Alasannya sederhana – teknologi yang akan ada di sana bukan milik Uni Eropa, tapi NATO”, kata Dmitry Rogozin, wakil perdana menteri Rusia. “Ukraina harus memutuskan apa yang negara itu inginkan – Konstitusi baru atau ikan sturgeon yang dibumbui.”
Krisis “euromaidan” memperburuk krisis keuangan Ukraina. Tingkat pertanggungan terhadap risiko gagal-bayar pada obligasi Ukraina telah naik ke tingkat dunia seperti pra-gaga--bayarnya Argentina dan Venezuela. Namun Yanukovych sangat membutuhkan kredit asing untuk membayar utang, termasuk utang $2 miliar (£ 1,2 miliar) kepada Gazprom Rusia untuk pengiriman gas.
Ukraina perlu meminjam setidaknya $10 miliar untuk menghindari gagal bayar, Deputi Pertama Perdana Menteri Serhiy Arbuzov mengakui pada bulan ini. Ada beberapa pemberi pinjaman yang bersedia menalangi. Para politisi Eropa “tersinggung” oleh penolakan Yanukovych pada menit terakhir untuk menandatangani kesepakatan perdagangan, sementara menteri-menteri Ukraina mengeluh bahwa kesepakatan tersebut hanya berisi dana bantuan sebesar €610 juta (£515 juta). Dana Moneter Internasional menuntut pemotongan kesejahteraan drastis sebagai imbalan atas pemberian dukungan.
Untuk saat ini, hanya Moskow yang menawarkan dukungan keuangan pada skala yang diperlukan – tetapi dengan syarat Ukraina menolak Perjanjian Asosiasi. Yanukovych dijadwalkan bertemu dengan Presiden Vladimir Putin di Moskow hari ini, dan bantuan ekonomi diharapkan menjadi prioritas pada agenda.

ref: http://www.beritasatu.com/
      http://indonesia.rbth.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar